Nihon kara no Omiyage
Nisa
Kencana Putri 0900189
Jepang,
pertama kali saya menginjakkan kaki di sebuah negeri yang asing, begitu banyak
kekhawatiran di diri saya. Seperti apakah negeri yang akan saya datangi ini, sebuah negeri yang sudah
banyak saya mendengar tentangnya. Baik yang saya dapat dari sumber-sumber yang
saya temukan maupun dari mendengar cerita-cerita banyak orang yang sudah pernah
kesana. Kini saya benar-benar berada disini, di Jepang, negeri yang disebut
negeri Sakura, negeri Matahari Terbit, salah satu impian saya sejak dulu, kini
menjadi kenyataan.
Saya
dan 19 orang teman-temanku datang ke Jepang dalam rangka mengikuti Osaka
Business Internship Program. Sebuah program semacam magang yang bisa
disetarakan dengan Kuliah Kerja Nyata yang biasa dijalani oleh mahasiswa UPI
tingkat 3. Disini kami magang di perusahaan-perusahaan atau kantor-kantor
sebagai インターン. Saya sendiri magang di Kobayashi Toshiaki Houritsu
Jimusho (小林俊明法律事務所)Kantor Firma Hukum Kobayashi Toshiaki. Yang berlokasi
tidak jauh dari tempat saya tinggal, yaitu di Nishitenma sekitar 20 menit
dengan berjalan kaki.
“Enryoushinaide, Nisa
chan wa jibun no musume to onaji da.” Kata-kata itulah yang pertama Kobayashi
sensei katakan pada saya
saat pertama kali aku datang di kantor. Kobayashi sensei sudah seperti kakek bagi saya, beliau sangat baik dan
ramah, memperlakukan saya sudah seperti keluarganya sendiri. Saya sangat
berterimakasih sekali beliau sudah menerima saya sebagai pemagang di kantornya.
Beliau juga sangat pengertian, saya diajak jalan-jalan ke Nara, menginap di
rumah beliau, lalu dibelikan oleh-oleh. Sangat baik sekali.
“Nisa san to hanasu toki watashi wa
iroirona omoshiroi koto wo kiite, tanoshikatta desu.” Shimono san, tantousha
(penanggung jawab) saya selama magang di kantor. Shimono san adalah senior
jimuin di kantor. Selama program ini, Shimono san banyak sekali membimbing saya.
Shimono san sudah seperti kakak perempuan bagi saya. Ketika bingung memilih
buku berbahasa Jepang, Shimono san membantu saya memilih buku yang bagus. Lalu
saat pergi bersama ke Konsulat Jenderal juga, meskipun mendadak tapi Shimono
san bersedia menemani saya kesana.
“Nisa san ni aette, ironna hanashi
ga dekite, mecha tanoshikatta yo! Nisa san no hanashi wo kiite, Indonesia ni
ikitakunatta.” Rie sensei, putri sulung Kobayashi sensei, juga salah satu
pengacara di kantor. Beliau adalah seorang wanita yang anggun, mungkin bisa
dibilang Yamato Nadeshiko. Beliau juga sangat baik dan ramah. Setiap ada
hal-hal yang tidak saya mengerti beliau selalu menjelaskan meskipun tidak
diminta. Juga beliau sangat perhatian sekali dengan makanan dan waktu solat saya.
Menjaga jangan sampai ada makanan yang mengandung babi, dan mengingatkan ketika
waktu solat sudah tiba. Juga beliau terlihat sangat tertarik sekali mendengar
cerita-cerita saya tentang Indonesia.
“Nisa san, Kobayashi Toshiaki
Houritsu Jimusho ni kite kurete hontou ni arigatou! Nisa san no koto, hontou ni
daisuki ni narimashita.” Yokono san~ arigatou! Arubamu totemo suteki! Yokono
san adalah salah seorang jimuin di kantor. Dia jimuin yang paling muda. Dia
adalah sahabat baik saya di kantor. Bagiku Yokono san seperti karakter-karakter
tokoh utama wanita dalam manga, kirei de, kawaikute, omoshiroi hito desu. Ketika
saya bercerita suka Johnny’s Entertainment. Dia langsung mengajak saya pergi ke
Johnny’s Shop.
“Kochirakoso Nisa san no okage de
tanoshii 3shuukan ni narimashita. Korekaramo Facebook o mite Nisa san ga genki
ni shiteiruka miteimasu yo. Konngono gokatsuyakuwo kokorokara negatteasu.”
Sugimura sensei adalah salah satu pengacara di kantor firma ini. Beliau lah
yang mengajak saya melihat langsung proses pengadilan juga bersama Toshinori
sensei. Beliau adalah tipe pria yang diidamkan menjadi suami idaman. Teman
teman jimuin pun mengakui begitu. Dari beliau saya banyak dijelaskan tentang
proses persidangan maupun aturan-aturan di ruang sidang.
“Nisa
san 3shuukan no mijikai aida deshitaga hontouni otsukaresama desu. Mata, nihon
ni koraretara zehi jimusho ni asobi ni kite kudasai.” Toshinori sensei adalah putra tertua
Kobayashi sensei, juga adalah adik Rie sensei. Beliau mirip sekali dengan
Kobayashi sensei, pendiam dan rajin bekerja. Pernah suatu kali saya dan Shimono
san kami yang selalu datang pertama ke kantor, ternyata di kantor sudah ada
Toshinori sensei. Beliau menginap di kantor untuk bekerja, sungguh hebat.
Beliau juga sensei pertama yang biasa datang ke kantor. Otsukare sama deshita,
sensei~
“Watashi
wa Nisa san to onaji, karai tabemono ga daisuki desu! Watashi wa tabun
Indonesia ni sumemasu ne!” Otonashi de, shinsetsu de, kirei na Imaoka san. Dia
juga salah seorang jimuin di kantor. Umurnya di tengah-tengah antara Shimono
san dan Yokono san. Ketika saya pulang larut malam sehabis berjalan-jalan
bersama dengan jimuintachi, dialah yang mengantar saya pulang sampai ke depan
Jueness. Meskipun pendiam, tapi Imaoka san tidak sungkan-sungkan membantu
apabila saya ada pertanyaan bahkan meskipun berpuluh kali saya bertanya, Imaoka
san akan sabar menjawabnya. Imaoka san juga sangat suka makanan pedas, sama
seperti saya. Sepertinya Imaoka san akan cocok kalau tinggal di Indonesia.
“Nisa wa, ashita ni kaerun desu ka?
Aho, I didn’t know. I will be lonely. But can you sent me a message, can’t
you?” Okamoto Yasuaki, imi wa kenkou ni, akaruku, to iu imi desu. Dia adalah
putra dari Okamoto shachou. Umurnya 2 tahun dibawah saya, koukou 3nensei desu.
Kami berkenalan pada saat hanami. Dia disuruh oleh shachou berlatih eigo dengan
saya. Dan pada akhirnya kami saling berkomunikasi sampai sekarang. Saya belajar
nihongo dan dia belajar eigo. Tapi karena sekarang dia sedang sibuk
mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Maka dari itu intensitas kami berkomunikasi
pun menjadi jarang. Yasuaki san, nyugakushiken no tame ganbatte kudasai ne!
“Nisa san, okaerinasai! Uchi no
kodomotachi ga iroiro katte morattarishite arigatou gozaimashita. Mata Bandon
de aimashou!” Kepada yang selama ini telah mengurus kami dan paling banyak kami
repotkan, Nabeshima buchou. Ikkagetsukan osewa ni narimashite, hontou ni
arigatou gozaimashita. Nabeshima buchou memiliki 3 anak, 2 putri ; putri
sulungnya yaitu Sanfa dan putri bungsu nya yaitu Manna. Dan 1 putra yaitu Rion,
semuanya lucu-lucu sekali dan mirip Nabeshima buchou dan okusan. Bulan Juni ini
Nabeshima buchou dan Okamoto shachou rencananya akan ke Bandung. Saya tidak
sabar menunggu ingin bertemu lagi.
“Nagaiyoude mijikakatta ikkagetsu,
yoku ganbarimashitane. Kobayashi sensei mo, hometeimashita. Toriaezu,
isshuukan, yukkuri yasunde kudasai. Dewa mata aimashou!!” Kibishikutemo
shinsetsu desu, itulah Okamoto shachou. Saya ingin berterima kasih sekali
karena sudah membuat program ini. Berkat program ini saya bisa mewujudkan salah
satu impian dalam hidup saya yaitu pergi ke Jepang. Dan disana pun banyak
sekali pengalaman-pengalaman yang menjadi pembelajaran bagi diri saya dan juga
teman-teman saya. Ketika teman saya sakit, shachou mengantar dia ke dokter juga
meminta dia menginap dan dimasakkan makanan yang enak-enak oleh okusan agar
teman saya itu cepat sembuh. Kemudian saat akan pulang kami dijamu makan malam
oleh shachou di rumah beliau di Nara dan disana saya bertemu lagi dengan
Yasuaki san. Kemudian juga kami diberi hadiah berupa jalan-jalan ke Universal
Studio Japan beserta kupon untuk makan, dan masih juga ditraktir makan sushi
oleh beliau. Tak cukup rasanya hanya satu kata terima kasih yang harus
dikatakan, beribu-ribu terima kasih ingin saya ucapkan pada Okamoto shachou. Ookini
arigatou gozaimasu!
“Moshi moshi, Nisa chan? Ba-ko desu.
Nisa chan ni aitai kara, denwa o shiteiru. Nisa chan wa genki?” Ba-ko, watashi
no hosuto okaasan. Ba-ko memiliki kyoumi terhadap kerudung. Kebetulan kami yang
homestay di keluarga Tsutsui semuanya berkerudung, saya, Fitria dan Siti Hajar.
Ba-ko sudah seperti nenek saya sendiri, meskipun hanya 3 hari 2 malam kami
homestay, tapi saat berpisah kami saling menitikkan air mata seolah sudah lama
bersama dan kini harus berpisah.
“Buji tsukimashita ka-!! Yokatta
yokatta.” Kaka~ kaka adalah putri bungsu Ba-ko, beliau mempunyai 2 orang anak
Mieko, putri sulung dan Miito, putra bungsunya. Pertama kali melihat kaka kami
mengira dia seumuran dengan kami, sama sekali tidak menyangkan kalau ternyata
kaka seumuran dengan ibu saya, dan sudah memiliki 2 anak. Kebanyakan orang
Jepang terlihat lebih muda dari usianya, entah kenapa.
Nihon kara no omiyage, oleh-oleh
dari Jepang. Bagi saya oleh-oleh ini lebih berarti dari apapun. Bukan barang
yang berharga mahal, dan akan usang dimakan waktu. Namun lebih dari itu,
oleh-oleh yang tak lekang dimakan waktu, dan lebih mahal dari barang yang
paling mahal. Pengalaman dan teman. Itulah yang terpenting. Jika orang bertanya
apakah yang saya bawa dari Jepang. Saya akan berkata pengalaman yang berharga
dan teman yang baik, teman yang sudah seperti keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar