Selasa, 22 Mei 2012

Nihon kara no Omiyage

Aku dapet tugas bikin cerpen untuk media pembelajaran bahasa Jepang dari dosen. Dan sebagai pengganti kehadiran disuruh membuat cerpen tentang selama di Jepang. Dan jadilah judulnya Nihon Kara no Omiyage ini.


Nihon kara no Omiyage
Nisa Kencana Putri 0900189
Jepang, pertama kali saya menginjakkan kaki di sebuah negeri yang asing, begitu banyak kekhawatiran di diri saya. Seperti apakah negeri yang akan  saya datangi ini, sebuah negeri yang sudah banyak saya mendengar tentangnya. Baik yang saya dapat dari sumber-sumber yang saya temukan maupun dari mendengar cerita-cerita banyak orang yang sudah pernah kesana. Kini saya benar-benar berada disini, di Jepang, negeri yang disebut negeri Sakura, negeri Matahari Terbit, salah satu impian saya sejak dulu, kini menjadi kenyataan.
Saya dan 19 orang teman-temanku datang ke Jepang dalam rangka mengikuti Osaka Business Internship Program. Sebuah program semacam magang yang bisa disetarakan dengan Kuliah Kerja Nyata yang biasa dijalani oleh mahasiswa UPI tingkat 3. Disini kami magang di perusahaan-perusahaan atau kantor-kantor sebagai インターン. Saya sendiri magang di Kobayashi Toshiaki Houritsu Jimusho (小林俊明法律事務所)Kantor Firma Hukum Kobayashi Toshiaki. Yang berlokasi tidak jauh dari tempat saya tinggal, yaitu di Nishitenma sekitar 20 menit dengan berjalan kaki.
            “Enryoushinaide, Nisa chan wa jibun no musume to onaji da.” Kata-kata itulah yang pertama Kobayashi sensei katakan pada saya saat pertama kali aku datang di kantor. Kobayashi sensei sudah seperti kakek bagi saya, beliau sangat baik dan ramah, memperlakukan saya sudah seperti keluarganya sendiri. Saya sangat berterimakasih sekali beliau sudah menerima saya sebagai pemagang di kantornya. Beliau juga sangat pengertian, saya diajak jalan-jalan ke Nara, menginap di rumah beliau, lalu dibelikan oleh-oleh. Sangat baik sekali.
            “Nisa san to hanasu toki watashi wa iroirona omoshiroi koto wo kiite, tanoshikatta desu.” Shimono san, tantousha (penanggung jawab) saya selama magang di kantor. Shimono san adalah senior jimuin di kantor. Selama program ini, Shimono san banyak sekali membimbing saya. Shimono san sudah seperti kakak perempuan bagi saya. Ketika bingung memilih buku berbahasa Jepang, Shimono san membantu saya memilih buku yang bagus. Lalu saat pergi bersama ke Konsulat Jenderal juga, meskipun mendadak tapi Shimono san bersedia menemani saya kesana.
            “Nisa san ni aette, ironna hanashi ga dekite, mecha tanoshikatta yo! Nisa san no hanashi wo kiite, Indonesia ni ikitakunatta.” Rie sensei, putri sulung Kobayashi sensei, juga salah satu pengacara di kantor. Beliau adalah seorang wanita yang anggun, mungkin bisa dibilang Yamato Nadeshiko. Beliau juga sangat baik dan ramah. Setiap ada hal-hal yang tidak saya mengerti beliau selalu menjelaskan meskipun tidak diminta. Juga beliau sangat perhatian sekali dengan makanan dan waktu solat saya. Menjaga jangan sampai ada makanan yang mengandung babi, dan mengingatkan ketika waktu solat sudah tiba. Juga beliau terlihat sangat tertarik sekali mendengar cerita-cerita saya tentang Indonesia.
            “Nisa san, Kobayashi Toshiaki Houritsu Jimusho ni kite kurete hontou ni arigatou! Nisa san no koto, hontou ni daisuki ni narimashita.” Yokono san~ arigatou! Arubamu totemo suteki! Yokono san adalah salah seorang jimuin di kantor. Dia jimuin yang paling muda. Dia adalah sahabat baik saya di kantor. Bagiku Yokono san seperti karakter-karakter tokoh utama wanita dalam manga, kirei de, kawaikute, omoshiroi hito desu. Ketika saya bercerita suka Johnny’s Entertainment. Dia langsung mengajak saya pergi ke Johnny’s Shop.
            “Kochirakoso Nisa san no okage de tanoshii 3shuukan ni narimashita. Korekaramo Facebook o mite Nisa san ga genki ni shiteiruka miteimasu yo. Konngono gokatsuyakuwo kokorokara negatteasu.” Sugimura sensei adalah salah satu pengacara di kantor firma ini. Beliau lah yang mengajak saya melihat langsung proses pengadilan juga bersama Toshinori sensei. Beliau adalah tipe pria yang diidamkan menjadi suami idaman. Teman teman jimuin pun mengakui begitu. Dari beliau saya banyak dijelaskan tentang proses persidangan maupun aturan-aturan di ruang sidang.
Nisa san 3shuukan no mijikai aida deshitaga hontouni otsukaresama desu. Mata, nihon ni koraretara zehi jimusho ni asobi ni kite kudasai.” Toshinori sensei adalah putra tertua Kobayashi sensei, juga adalah adik Rie sensei. Beliau mirip sekali dengan Kobayashi sensei, pendiam dan rajin bekerja. Pernah suatu kali saya dan Shimono san kami yang selalu datang pertama ke kantor, ternyata di kantor sudah ada Toshinori sensei. Beliau menginap di kantor untuk bekerja, sungguh hebat. Beliau juga sensei pertama yang biasa datang ke kantor. Otsukare sama deshita, sensei~
“Watashi wa Nisa san to onaji, karai tabemono ga daisuki desu! Watashi wa tabun Indonesia ni sumemasu ne!” Otonashi de, shinsetsu de, kirei na Imaoka san. Dia juga salah seorang jimuin di kantor. Umurnya di tengah-tengah antara Shimono san dan Yokono san. Ketika saya pulang larut malam sehabis berjalan-jalan bersama dengan jimuintachi, dialah yang mengantar saya pulang sampai ke depan Jueness. Meskipun pendiam, tapi Imaoka san tidak sungkan-sungkan membantu apabila saya ada pertanyaan bahkan meskipun berpuluh kali saya bertanya, Imaoka san akan sabar menjawabnya. Imaoka san juga sangat suka makanan pedas, sama seperti saya. Sepertinya Imaoka san akan cocok kalau tinggal di Indonesia.
            “Nisa wa, ashita ni kaerun desu ka? Aho, I didn’t know. I will be lonely. But can you sent me a message, can’t you?” Okamoto Yasuaki, imi wa kenkou ni, akaruku, to iu imi desu. Dia adalah putra dari Okamoto shachou. Umurnya 2 tahun dibawah saya, koukou 3nensei desu. Kami berkenalan pada saat hanami. Dia disuruh oleh shachou berlatih eigo dengan saya. Dan pada akhirnya kami saling berkomunikasi sampai sekarang. Saya belajar nihongo dan dia belajar eigo. Tapi karena sekarang dia sedang sibuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Maka dari itu intensitas kami berkomunikasi pun menjadi jarang. Yasuaki san, nyugakushiken no tame ganbatte kudasai ne!
            “Nisa san, okaerinasai! Uchi no kodomotachi ga iroiro katte morattarishite arigatou gozaimashita. Mata Bandon de aimashou!” Kepada yang selama ini telah mengurus kami dan paling banyak kami repotkan, Nabeshima buchou. Ikkagetsukan osewa ni narimashite, hontou ni arigatou gozaimashita. Nabeshima buchou memiliki 3 anak, 2 putri ; putri sulungnya yaitu Sanfa dan putri bungsu nya yaitu Manna. Dan 1 putra yaitu Rion, semuanya lucu-lucu sekali dan mirip Nabeshima buchou dan okusan. Bulan Juni ini Nabeshima buchou dan Okamoto shachou rencananya akan ke Bandung. Saya tidak sabar menunggu ingin bertemu lagi.
            “Nagaiyoude mijikakatta ikkagetsu, yoku ganbarimashitane. Kobayashi sensei mo, hometeimashita. Toriaezu, isshuukan, yukkuri yasunde kudasai. Dewa mata aimashou!!” Kibishikutemo shinsetsu desu, itulah Okamoto shachou. Saya ingin berterima kasih sekali karena sudah membuat program ini. Berkat program ini saya bisa mewujudkan salah satu impian dalam hidup saya yaitu pergi ke Jepang. Dan disana pun banyak sekali pengalaman-pengalaman yang menjadi pembelajaran bagi diri saya dan juga teman-teman saya. Ketika teman saya sakit, shachou mengantar dia ke dokter juga meminta dia menginap dan dimasakkan makanan yang enak-enak oleh okusan agar teman saya itu cepat sembuh. Kemudian saat akan pulang kami dijamu makan malam oleh shachou di rumah beliau di Nara dan disana saya bertemu lagi dengan Yasuaki san. Kemudian juga kami diberi hadiah berupa jalan-jalan ke Universal Studio Japan beserta kupon untuk makan, dan masih juga ditraktir makan sushi oleh beliau. Tak cukup rasanya hanya satu kata terima kasih yang harus dikatakan, beribu-ribu terima kasih ingin saya ucapkan pada Okamoto shachou. Ookini arigatou gozaimasu!
           “Moshi moshi, Nisa chan? Ba-ko desu. Nisa chan ni aitai kara, denwa o shiteiru. Nisa chan wa genki?” Ba-ko, watashi no hosuto okaasan. Ba-ko memiliki kyoumi terhadap kerudung. Kebetulan kami yang homestay di keluarga Tsutsui semuanya berkerudung, saya, Fitria dan Siti Hajar. Ba-ko sudah seperti nenek saya sendiri, meskipun hanya 3 hari 2 malam kami homestay, tapi saat berpisah kami saling menitikkan air mata seolah sudah lama bersama dan kini harus berpisah.
            “Buji tsukimashita ka-!! Yokatta yokatta.” Kaka~ kaka adalah putri bungsu Ba-ko, beliau mempunyai 2 orang anak Mieko, putri sulung dan Miito, putra bungsunya. Pertama kali melihat kaka kami mengira dia seumuran dengan kami, sama sekali tidak menyangkan kalau ternyata kaka seumuran dengan ibu saya, dan sudah memiliki 2 anak. Kebanyakan orang Jepang terlihat lebih muda dari usianya, entah kenapa.
            Nihon kara no omiyage, oleh-oleh dari Jepang. Bagi saya oleh-oleh ini lebih berarti dari apapun. Bukan barang yang berharga mahal, dan akan usang dimakan waktu. Namun lebih dari itu, oleh-oleh yang tak lekang dimakan waktu, dan lebih mahal dari barang yang paling mahal. Pengalaman dan teman. Itulah yang terpenting. Jika orang bertanya apakah yang saya bawa dari Jepang. Saya akan berkata pengalaman yang berharga dan teman yang baik, teman yang sudah seperti keluarga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar