Kamis, 21 Juni 2012

Commitment


Kemarin aku beli satu novel baru judulnya "Test Pack" karangan Ninit Yunita. Okay, sounds very abunai deshou dari titlenya. But that's not the reason why I bought it. Aku memutuskan beli buku itu setelah aku liat qoute di depannya "Jangan kawin dulu sebelum baca buku ini" sebuah komentar dari Hagi Hagoromo, pekerja media. So I bought it, aku sih terpikir cuz lately I really really want to married, maybe this book can help me to think again about what is marriage is, good or bad, membuat pikiranku semakin luas gak sempit memandang arti sebuah pernikahan. Dan emang itulah yang aku dapet dari novel ini. Marriage is a commitment. Pernikahan itu tentang komitmen. Apa yang kita inginkan sih dari sebuah pernikahan? I will answer to be with the one you love. Dan itu sejalan sama novel ini, namun pada kenyataannya memang bukan hanya butuh Cinta untuk membangun sebuah rumah tangga. Jangan lupakan juga materi, karena kalau sama sekali kita gak mikirn itu, itu juga malah bakal jadi salah satu masalah di rumah tangga kita. Well, di cerita novel ini, kisahnya tentang sepasang suami istri yang udah nikah selama 7 tahun dan gak kunjung dikarunia anak. Sedangkan istrinya tuh pengen banget punya anak, suaminya juga tapi suaminya gak sedesperate istrinya karena wat suaminya bisa bersama istrinya itulah kebahagiaan yang sesungguhnya, childless is not the end of the world. That's what he said. Suaminya psikolog, istrinya pengacara, kehidupan mereka mapan tapi mereka gak punya anak, itu pun jadi masalah dalam rumah tangga mereka. Di dalamnya juga ada cerita-cerita tentang masalah yang lain ada yang masalah kekerasan rumah tangga, suaminya suka mukul n menghina istrinya, ada yang tentang ketidakpedulian seuami yang terlalu sibuk n fokus kerja sampai kurang perhatian sama istri n anak sampai anaknya ngedrugs, padahal si suaminya bilang dia kerja wat kebahagiaan keluarganya bukan karena gak peduli, well it's a misscommunication problem I think, dan masalah lainnya diceritain juga di novel ini. Di akhir ternyata si suaminya itu infertile alias mandul (kayaknya gara2 kecanduan rokoknya yang berat, soalnya diceritainnya suaminya perokok berat bgt gitu) n mereka gak akan bisa punya anak. Disitulah konflik muncul, istrinya pulang ke rumah ortunya karena berat nerima hal ini n suaminya gak langsung cerita, dan pas mau baikkan terjadi kesalahpahaman karena pas istrinya nelepon mau minta maaf pas tengah malem, malah diangkat sama perempuan. Dan ternyata handphone suaminya ketuker sama handphone pasiennya, dan jadilah bertengkar lagi sampai istrinya mutusin pergi ke Singapore. Bu in the end, mereka rujuk lagi, istrinya nyadar kesalahpahaman yang dilakukan, n balik lagi ke rumah dia dan suaminya, terus mereka memutuskan untuk adopsi anak. Well Happy Ending. :-D Ini buat aku mikir lagi dan lagi soal pernikahan, at least kalau emang aku bener mau, I have to put an effort to it. Tunjukkin aku udah siap untuk itu. Dan aku sadar aku belum siap, secara materi dan secara perasaan. Aku belum punya penghasilan sendiri, uang masih minta ke ryoushin. Secara kankei juga aku lebih sering di protes sebenernya. Tapi ya seperti kata Mario Teguh "Banyak orang yang berdoa agar mereka disayang oleh pasangan hidup mereka. Tapi, mereka merasa gelisah dan kesal karena jawaban dari doa yang lambat datang. Itu mungkin karena mereka berdoa agar orang lain yang berubah, tanpa upaya untuk mengubah diri sendiri menjadi lebih penyayang. Mungkin, doa yang lebih indah bagi kita adalah meminta Tuhan menjadikan kita jiwa yang menyayangi pasangan hidup kita." 
Pas baca itu, langsung merasa banget nyadar, that's what I prayed. Aku suka berdoa semoga dia menjadi lebih baik, tanpa sadar akupun gak lebih baik dari dia, aku merasa aku sudah melakukan yang terbaik wat dia tanpa sadar yang terbaik buat aku belum tentu terbaik buat dia. Merasa tergugah dan terdorong untuk memperbaiki diri sendiri. Thank's Pak Mario Teguh for the inspiration :-D :-D
Dan ada satu jurnal lagi yang ditulis di novel "Test Pack" ini yang made me touched, ditulis oleh sang istri, Tata di jurnalnya.Dengan sedikit bagian yg dihilangkan.

I LOVE YOU BECAUSE....

Banyak hubungan patah dan berganti karena tidak memiliki komitmen. 

"I love her because the way she treats me".
"I love him because of the way he makes me feel".
"I love her because she's so beautiful".
"I love him because he falls on my feet with roses and jewels".

Orang sering mendasari cinta atas hal-hal yang dianggap indah.
It may sound romantic dan melakukan hal tersebut bukan sesuatu yang salah. However, sometimes things get too romantic that we often hear people say it in a cinema, with us eating popcorn and shush-ing rude people.

Jarang dari mereka (dan mungkin kita sendiri) berpikir:
"I love her because of the way she treats me"
-> What happens if she stop treating you the way love?

"I love him because of the way he makes me feel"
-> Then what happens if he stops making you feel that way?

"I love her because she's so beautiful"
-> Three weeks later, a bus hit her

"I love him because he falls on my feet with roses and jewels"
-> Out of the blue, he's broke that he couldn't buy you roses and jewels anymore.

Jarang ada yang mengatakan:
"Saya sayang dia karena saya ingin sayang dia."

Itulah komitmen. Komitmen adalah sumber kekuatan bukan sesuatu yang justru membuat orang takut untuk menghadapinnya.

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang istri untuk pergi jauh untuk melihat baik dan buruknya suami. Menerima dua ketika sedang tampan dan menerima juga mana kala dia sedang menguap dengan jeleknya saat bangun pagi.

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang suami ketika mengetahui seorang wanita lain mengajaknya berselingkuh dan ia memilih pulang ke rumah untuk makan malam dengan istri dan berbagi kisah sambil tertawa.

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin.

Will you still love them, then?

That's why you need commitment.

Don't love someone because of what/how/who they are.

From now on,
start loving someone,

because you want to.


How Far a Commitment Will Take You?? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar